Bertepatan
pada 17 Maret 2013 merupakan Hari Ulang
Tahun (HUT) kota Bengkulu yang ke-294. Sejak mulai berdirinya, kota Bengkulu
terus melakukan upaya pemerataan pembangunan di segala bidang. Adapun pembangunan
yang dilakukan yakni di bidang perekonomian, pendidikan dan kesehatan serta
infrastruktur publik. Seiring berjalannya waktu pembangunan dan perekonomian di
kota Bengkulu terus mengalami kemajuan. Di usia kota Bengkulu yang ke-294 tahun
ini diharapkan dapat membawa perubahan besar bagi pembangunan masyarakat yang
seadil-adilnya. Dimana seluruh warga kota mempunyai hak untuk mendapatkan
kehidupan yang layak. Akan tetapi pembangunan di kota Bengkulu belum begitu
dirasakan secara merata dan menyentuh di seluruh lapisan masyarakat. Dan masih
ada masyarakat kota yang tidak tersentuh sama sekali oleh pelayanan pemerintah.
Sementara itu, laju pertumbuhan jumlah
penduduk di kota Bengkulu setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang
cukup tinggi. Peningkatan jumlah penduduk ini tidak diimbangi dengan jumlah
tersedianya lapangan kerja, sehingga hal tersebut akan menimbulkan angka
pengangguran yang cukup besar. Akibat jumlah angka pengangguran yang besar tentunya
akan memicu peningkatan jumlah masyarakat miskin yang ada di kota Bengkulu. Dari
data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, sebanyak 68.178
orang termasuk kategori pengangguran di kota Bengkulu. Dimana jumlah
pengganguran ini mencapai 22 persen dari jumlah penduduk kota Bengkulu yaitu
308.544 jiwa. Dari data jumlah penduduk, setidaknya sebanyak 157.288 merupakan
pekerja aktif. Besarnya jumlah pengangguran di kota Bengkulu, salah satu
faktornya adalah kurangnya kesempatan yang ada saat ini 22.829 dari 750
perusahaan yang ada di kota Bengkulu. Sedangkan pengangguran terbuka mencapai
45.349 orang mengingat kembali bertambah dari siswa yang baru lulus sekolah seperti
yang dilansir Rakyatbengkulutv.com, Rabu (4/04/2012).
Dari data yang dikeluarkan oleh BPS
kota Bengkulu pada tahun 2012 triwulan pertama, jumlah Rumah Tangga Miskin
(RTM) masih sangat tinggi mencapai 78.262 RTM. Besarnya jumlah angka rumah
tangga miskin ini menimbulkan problematika yang sangat kompleks. Hal ini tentu
saja sangat dibutuhkannya keseriusan pemerintah dalam menangani angka
kemiskinan yang ada di koa Bengkulu. Sebenarnya di kota Bengkulu sangat banyak
sumberdaya yang bisa dimanfaatkan untuk menanggulangi laju kemiskinan dan
pengangguran. Untuk hal tersebut, sangat
diperlukannya Sumberdaya Manusia (SDM) yang handal dan kompeten untuk mengelolanya
secara efektif dan efisien sehingga memberikan manfaat yang besar. Dalam
mewujudkan masyarakat kota yang makmur sangat diperlukannya pemerataan
pembangunan di segala bidang seperti perekonomian, kesehatan dan pendidikan
dimana hal tersebut menjadi hal yang sangat pokok. Di ulang tahun kota Bengkulu
yang ke-294 ini tentunya menjadi harapan besar bagi masyarakat menajadi yang
lebih maju dan mempunyai daya saing tinggi. Upaya untuk menuju masyarkat yang
lebih maju pemerintah harus mampu membuat gebrakan baru guna mengentaskan
masyarkat miskin di kota Bengkulu.
Meskipun Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan berbagai program pengentasan kemiskinan – seperti BLT (Bantuan
Langsung Tunai), P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), dan PNPM
(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) – jumlah keluarga miskin di kota
Bengkulu hingga saat ini masih cukup banyak. BPS (2012) mencatat jumlah rumah
tangga miskin di kota Bengkulu sebanyak 78.262 dari total jumlah penduduk
308.544 jiwa. Mengingat masih besarnya persentase penduduk miskin di kota Bengkulu,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
keluarga miskin.
Kegagalan
upaya pengentasan kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor termasuk kebijakan
yang bersifat top down (dari pusat), rendahnya kualitas sumberdaya
manusia, tidak optimalnya fungsi lembaga-lembaga terkait, kebijakan dan perencanaan
yang tidak berbasis pada kondisi dan kebutuhan masyarakat lokal, kurangnya
keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan di tingkat desa, dan
ketidak-setaraan atau ketidak-adilan jender (Simanjuntak dkk. 2001;Todaro,
2003). Agar pelaksanaan kebijakan dan program-program pengentasan kemiskinan
lebih berhasil secara efektif maka perlu dikaji faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat ekonomi lemah tetap miskin mengingat bervariasinya penyebab
kemiskinan pada masing-masing komunitas.
Pada ulang tahun yang ke-294 ini
pula kota bengkulu berupaya melakukan pembangunan menuju masyarakat yang
madani. Dimana pengertian Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Ada beberapa karakteristik masyarakat madani,
diantaranya: Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat,
Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah, Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial, Berperadaban
tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
Secara umum ada tiga jenis
kemiskinan ditinjau berdasarkan sumber penyebabnya, yakni kemiskinan natural
(alamiah), kemiskinan struktural, dan kemiskinan kultural (Kartasasmita 1996,
239; Baswir 1997; Sumodiningrat 1998, 27). Masyarakat miskin di kota Bengkulu
terutama yang bermata-pencaharian sebagai nelayan, pedagang kecil dan
buruh/kuli (pekerja kasar). Selain itu, artikel ini juga memberikan usulan
alternatif pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan yang melibatkan
masyarakat secara lansung. Pemerintah seharusnya mampu mengoptimalkan tugas dan
fungsi dari masing-masing instansi atapun lembaga pemerintahan secara profesional. Selain itu pemerintah
juga harus mampu menggandeng semua perusahaan atau lembag swasta, serta
perguruan tinggi yang ada untuk bekerjasama upaya memberdayakan masyarakat.
Namun yang terpenting adalah
pemerintah mampu memberdayakan masyarakat dengan melakukan Penyadaran, Pendidikan non-formal,
Pendanaan, dan Pendampingan. Tentunya, pemerintah juga bisa melibatkan
Perusahaan melalui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
social responsibility), Dinas Koperasi dan
UKM, Perguruan Tinggi, LSM, serta Dinas-dinas terkait lainnya. Dimana beberapa
lembaga yang ada diharapkan mampu melakukan pemberdayaan yang terintegrasi (integration) sehingga memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah mereka. Dengan adanya
kerjasama antar lembaga ini dimungkinkan akan memberikan keringanan kepada
seluruh masyarakat miskin yang ada di kota Bengkulu.
Dalam jangka pendek, kerjasama
pemerintah dengan lembaga lainnya untuk memberikan bekal pengetahuan dan kompetensi
yang dimiliki oleh lembaga profesional. Selain itu, pemerintah dapat melakukan
penyadaran yang difokuskan pada upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi
ekonomi anggota keluarganya untuk bekerja apa saja yang mungkin dan pantas
dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga yang masih defisit dan
di bawah garis kemiskinan. Perlu juga disadarkan bahwa mereka harus merubah
pola dan sikap kurang berani mengkritik perilaku birokrasi yang tidak
profesional. Disamping itu, Upaya yang tidak kalah penting adalah penyadaran
kepada keluarga miskin untuk menambah wawasan (meningkatkan pengetahuan) dengan
cara belajar dan bekerja terus menerus gambaran tentang kondisi kemiskinan.
Dengan demikian jumlah angka kemiskinan dapat berkurang dan menjadikan masyarakat
kota Bengkulu yang madani. Dimana kemajuan tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh
semua masyarakat kota Bengkulu.