Pejabat Negara Sangat Kental Dengan Premanisme



Barangkali masyarakat indonesia sudah muak dengan mendengar pemberitaan diberbagai media massa tentang kasus besar seperti korupsi dan lain sebagainya itu. Tapi ini sebenarnya amat sangat menarik sekali untuk dianalisa secara komprehensif, mengapa demikian? Coba kita lihat dan dengar setiap kali kasus korupsi yang tergolong besar acap kali menimbulkan problema antarmafia itu sendiri. Misalkan contoh nyatanya seperti ini, beberapa waktu lalu media massa memberitakan nyanyian Nazarudin tentang keterlibatan Bos Besar “Anas Urbaningrum” dalam proyek pembangunan Wisma Atlet Sea Games di Palemang. Namun apa yang terjadi ketika Nazarudin bernyanyi dan mengatakan tentang keterlibatan Bos Besar itu “Anas Urbaningrum”?. Dan kepada media massa Nazarudin mengaku bahwa dirinya  menerima pesan singkat dari orang tak dikenal yang berisikan sebuah ancaman. Menurut saya pesan singkat yang diterima oleh nazarudin itu  adalah dari orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut. Dari pesan singkat tersebut saya menganalisa bahwa, guna untuk menyelamatkan diri dari jeratan Hukum mereka mesti menggunakan cara-cara premanisme.
Tak hanya itu, kasus lain yang bisa kita analisa adalah premanisme pejabat negara dalam mengambil keputusan sebuah kebijakan. Ini juga tak lepas dari peranan media massa. Lihat saja ulah para pejabat negara dalam membuat suatu keputusan terkadang tak lepas dengan sebuah perdebatan yang amat panjang. Dimana masing-masing pejabat mempunyai sebuah unsur kepentingan kelompok dan kepentingan publik. Akibat dari ketidaksepakatan dalam memutuskan sebuah kebijakan, tak ayal para pejabat tersebut saling serang menyerang dengan kata-kata kasar bahkan sampai melakukan adu fisik sekalipun. Ini dapat saya simpulkan bahwa dalam membuat suatu keputusan kebijakan sebuah pemerintahan seringkali diwarnai dengan tindak kekerasan premanisme dikalangan pejabat negara dan politikus.

Postingan terkait: